Minggu, 22 April 2012

FILOSOFI KESATRIAN IPDN

         Wow,,sambil mlongo aku lihat saja sosok gerbang yang benar- benar belum pernah terlintas di fikiranku. Kata “megah” itu belum cukup untuk menggambarkan perasaanku melihat bangunan raksasa yang menjulang ke langit. Dalam hati berkata “Gerbangnya saja sebesar ini, apalagi dalamnya, kayak apa ya”, belum lagi diskripsi tentang senior- senior ganas  yang masih kental di fikiranku. Senang,deg- deg an, takut, ngeri, ragu- ragu, menjalani pantukir pusat di Kesatrian (kampus) IPDN Jatinangor 2009. Bismillahhirrahmanirrahim,Assalamualaikum (macam ada penghuninya saja),,,,lantunan spontan namun pelan saat pertama kali aku ucapkan tatkala langkah kaki mulai melintasi gerbang raksasa itu diiringi teriakan senior yang agaknya kurang berahabat, “Semut putih (panggilan calon praja yang melaksanakan pantukhir,karena capra masih memakai baju kemeja putih),cepat angkat tas kalian, jalan jongkok sampai Balairung jend. Rudini!”. Ya Allah, mimpi apa kemarin. Jauh – jauh perjalanan dari Jawa Timur, badan masih pegal- pegal gini, bukannya disambut hangat. Hanya tulisan “Siapkan Mental Dan Fisik Anda,Ragu- Ragu Kembali”  terpampang besar yang senantiasa menyambut kedatangan capra. Tapi kayaknya gak ada istilah ragu- ragu kembali,justru kalau ragu- ragu, di sini gak akan bisa kembali, lawong gak punya ongkos (uang dibatasi) untuk balik ke jatim, dijaga ketat, gimana bisa kabur.
            Hanya dapat pasrah meratapi nasib,mimpi baik atau buruk masuk di Kesatrian ini. Bicara masalah penyambutan yang kurang bersahabat dll, mestinya itu merupakan hal yang sangat wajar melihat filosofi kampus yang telah dibuat sedemikian rupa oleh perancang yang benar- benar mencerminkan nilai- nilai sulitnya perjuangan bangsa Indonesia. Mempersiapkan kader aparaturnya memahami arti konstruksi setiap bangunan untuk bangkit dan berkarya, membangkitkan nilai-nilai luhur Nusantara, yang tertuang di dalam Pancasila yang merupakan representasi dari nilai-nilai luhur budaya Indonesia. Konon kesatrian ini adalah bekas tempat terjadinya pemberontakan dari serangan DI/TII (Negara Islam Indonesia) terhadap Negara Indonesia yang baru saja merdeka pada waktu itu. Apa itu DI/TII? Cari sendiri di mbah google ya. Karena telah terjadi pertumpahan darah, wajar bila banyak cerita- cerita dari masyarakat maupun pendahulu tentang keanehan, mitos dan cerita- cerita yang berbau mistis (angker maksudnya, masak gak tau sih). Tapi yang mistik- mistik  itu tidak masuk dalam bahasan filosofi ya, langsung saja masuk pada inti perbincangan kita.

 Gerbang IPDN




AWAL PEMBANGUNAN




         Biaya untuk membangun gerbang ini sampai 2 milyar, berbentuk kerucut yang dibelah menjadi 4 bagian. Di tengah- tengah bangunan ini terdapat patung praja dan wanita praja. Mahalnya cost untuk membangun gerbang ini bukan tanpa arti, bangunan berbentuk kerucut ini melambangkan gunung yang di dalamnya terdapat kawah panas yang membara, menggambarkan layaknya legenda ramayana Gatutkaca yang pernah digodok dalam kawah candradimuka hingga melahirkan sosok ksatria yang kuat, berjiwa besar, berpegang teguh pada prinsip, menolong sesama, dan berani membela kebenaran sehingga tempat ini disebut KESATRIAN (tempat para ksatria), bukan dengan sebutan kampus. Jadi dari awal ketika saya menginjakkan kaki di kesatrian ini, sudah diperingatkan bahwa di sini bukan tempat untuk bermanja- manja, bermain, berenjoy- enjoy melainkan harus siap digembleng, ditempa, digodok, melepaskan atribut sebagai anak bupati, gubernur bahkan jendral sekalipun untuk menjadi sosok Satrio Piningit, para kader aparatur negara yang diharapkan menjadi birokrat dan negarawan di masa yang akan datang. Namanya digodok, tentu panas, melelahkan, sakit, tidak semua bisa bertahan, dan tentu bukan merupakan tempat yang nyaman di bumi ini. Yang awal- awalnya saat masih duduk di bangku SMA masih culun, gagap, banci, jalan kaya putri solo, pengecut, penakut, mental tempe, krempeng, gak berbentuk layaknya kucing kelaparan, setelah mengalami proses di sini,keluar gerbang wajib berubah menjadi Singa yang buas tapi baik hati (emang ada ya singa kayak gituan).







 Gunung Manglayang

TAMPAK PUNCAK MANGLAYANG DARI DEPAN
            Puncaknya bisa disaksikan dengn jelas tatkala kita berdiri di depan gerbang . Jadi seakan- akan kesatrian ini berkiblat ke arah gunung manglayang, karena masih berada di area pegunungan maka kesatrian ini memiliki kemiringan 10- 15 derajat sekaligus merupakan keunikan tersendiri yang menjadikan kampus ini pernah menyandang gelar sebagai kampus termegah se Asia Tenggara. Bagi yang tidak terbiasa olah raga, dipersilahkan berjalan saja (gak usah lari) memutari 1 ksatrain, pasti encok, reumatik  pegelinunya kumat. Karena terletak di kaki Manglayang, maka Kesatrian IPDN sering disebut kawah candra dimuka lembah Manglayang. Ketinggian Manglayang sekitar 1800 mdpl ini sering digunakan oleh praja dalam berbagai wahana kegiatan, salah satunya agenda Pembaretan (Pengambilan Baret)  dan pengambilan Lencana Korps Praja setiap tahunnya. Puncak aslinya terlatak di belakang puncak bayangan yang tampak pada gambar, ketika ditarik garis lurus, maka akan menunjukkan sejajar dari gerbang sampai puncak manglayang. Filosofinya adalah Praja harus mempunyai cita- cita yang tinggi dan harus dapat mencapai puncak dari apa yang menjadi harapan dan amanat negara.


Kesatrian Berbentuk Pena

TAMPAK DARI ATAS
            Bila dilihat dari satelit maka akan tampak seperti gambar berikut. Kesatrian seluas 280 hektar ini memang sudah dirancang sedemikian rupa, menggambarkan senjata seorang pamong dalam bertugas adalah pena dalam artian melalui kebijakan, keberanian untuk menetapkan keputusan dan cerdas dalam memecahkan persoalan yang dihadapi. Melihat kondisi sekarang, musuh kita tidak menjajah dengan fisik, senapan dan sebagainya melainkan dengan belenggu ekonomi, moral, diplomasi, budaya, gaya hidup yang sudah tidak sesuai dengan ideologi kita. Maka filosofi pena di sini adalah tugas pokok Praja adalah belajar, menuntut ilmu setinggi- tingginya tentang berbagai macam kebutuhan negara baik di masa sekarang maupun masa depan. Sistem pendidikan di IPDN terdiri dari 3 aspek, yaitu pengajaran, pelatihan dan pengasuhan.
            Aspek pengajaran yaitu transfer knowledge, seperti halnya perkuliahan di universitas lain. Materi yang dipelajari mencakup segala macam aspek pendukung pemerintahan mulai dari ekonomi, keuangan, politik, kebijakan dll dengan prinsip generalis bukan specialis dengan harapan praja mengetahui segala aspek pemerintahan dan siap ditempatkan dalam segala bidang pemerintahan.
            Aspek Pelatihan yaitu transfer skill. Selain tau teori, Praja harus ahli dalam prakteknya.
            Aspek Pengasuhan yaitu penanaman sikap kepamongan mulai dari loyal, disiplin, respect, sigap, tanggap, berani, jujur, kepemimpinan ASTHA BRATA, kerapian performance dan berdedikasi. Semua unsur tadi mendapat penilaian dari pihak pengasuh/ pembina. Terdapat reward untuk yang berprestasi dan punishment yang mendidik bagi Praja yang melakukan kesalahan.
            Ketiga aspek tadi masing- masing memiliki nilai dan setiap semester nilai tadi diterbitkan. Total dari SKS yang harus ditempuh praja selama 4 tahun adalah 254 SKS. Melihat bobroknya mental oknum pejabat di Indonesia, banyak yang pintar tapi tidak tau arah, diharapkan Praja bisa menciptakan pembaharuan dalam birokrasi, berpegang teguh pada prinsip prinsip tidak hanya pintar tapi terlebih mempunyai sikap dan akhlak yang baik.


Pohon dan Bendera Serba Berjumlah 17 di Sekitar Lapangan Parade
            






           Kenapa 17?...Pasti semua dapat menebak,,,,,,ya anda betul sekali. Angka keramat yang menunjukkan tanggal kemerdekaan Negara Indonesia.


Kelapa Sawit Yang Tertanam di Sekitar Jalan Protokol dan Anak Tangga
            Berjumlah 45 buah tertanam rapi dan rindang sebagai peneduh bagi siapa saja yang berjalan di bawah naungannya. Dan jumlah anak tangga di seluruh kesatrian IPDN berjumlah 1945 buah. Siapa yang mau membuktikan, dengan senang hati silakan hitung mulai dari jumlah anak tangga semua barak, Set Bawah, Tangga Seribu, Gedung Nusantara dan Balairung.



Pohon Cemara di Plasa Mensa
            Karena bulan kemerdekaan kita adalah Agustus, tentu jumlahnya ada 8 buah. Jadi kalau digabung mulai dari bendera, kelapa sawit, anak tangga dan pohon pinus, menunjukkan hari proklamasi Indonesia yang sangat bersejarah yaitu 17 Agustus 1945.



 “Bhineka Nara Eka Bhakti”
DI GEDUNG GRHA WYATA PRAJA
            Bhineka yang berarti keanekaragaman, terbukti dengan hadirnya berbagai macam suku etnis, budaya, agama, warna kulit dari sabang sampai merauke bisa ditemui di IPDN. Hampir setiap putra daerah perwakilan  kabupaten se Indonesia ada, mulai dari abang, mas, uni, mbakyu, mpok, akang, kakak, daeng lengkaplah sudah. Kita akan tau kemajemukan, watak, sifat dan keunikan rekan- rekan se Indonesia . Maka bisa dikatakan miniaturnya Indonesia adalah IPDN, mana ada kampus di Indonesia selengkap ini hayo, inilah lem perekat bangsa, diharapkan nantinya ketika Praja bertugas, bisa menjadi pelopor garda terdepan dalam rangka menjaga keutuhan NKRI bersama Taruna Akabri dan Akpol, peningkatan nasionalisme dan merekatkan kembali sendi- sendi kelemahan di daerahnya yang merupakan titik pecahnya persatuan dan kesatuan. Kalau ingin belajar memimpin Indonesia, bisa di implementasikan di kampus ini, tidak semua sejalan dengan pemikiran kita, kadang ribet juga. Lawong sesama suku saja masih sering terjadi salah faham, apalagi memimpin orang yang memiliki latar belakang berbeda. Maka dari itu, tidah mudah bisa memimpin Indonesia tapi tidak ada yang tidak mungkin. Keberagaman bukanlah merupakan suatu kelemahan, tapi harus dapat dijadikan suatu power bagi bangsa ini. Maka semboyan “Bhineka nara eka Bhakti” mempunyai filosofi keaneka ragaman, tapi satu pengabdian untuk Indonesia.



Abdi Praja, Dharma Satya, Nagara Bhakti
ABDI PRAJA
NAGARA BHAKTI
BALAIRUNG JENDRAL RUDINI
            Tulisan semboyan ini terpampang jelas dan besar di samping kanan kiri lapangan parade. Setiap praja harus tulus mengabdi, dengan ikhlas menyerahkan jiwa raganya untuk setia dan berbakti kepada negara Indonesia.



Lapangan Parade
LAPANGAN PARADE
            Rumputnya memang kualitas 1, tapi jangan salah, ini bukan lapangan sepak bola melainkan tempat yang sakral untuk menanamkan, memupuk dan pembinaan mental, fisik, kejuangan dan kebangsaan. Lapangan parade ini biasa digunakan untuk upacara, peringatan hari besar, penyambutan tamu negara dan apel – apel tertentu. Hijau rumput ini menjadi saksi bisu tangis haru para lulusan IPDN saat dilantik Presiden RI dari masa ke masa menjadi Pamong Praja Muda.




Tangga Seribu

TANGGA SERIBU
RUANG KELAS BERADA DI SAMPING TANGGA SERIBU
NAMA KELAS BERUPA NAMA KERAJAAN
GEDUNG NUSANTARA
            Membentang dari Lapangan Parade hingga gedung nusantara. Tapi tangga ini bukan untuk dilewati karena terdapat filosofi nilai perjuangan bangsa Indonesia yang harus dihormati. Ada doktrin dari senior, “Bila kamu melewati tangga ini satu langkah, maka kamu harus mundur 2 langkah”. Intinya tangga ini dibuat bukan untuk dilewati melainkan tempat sakral yang mengingatkan tentang bagaimana sulitnya merebut kemerdekaan. Tepat di samping tangga ini terdapat kelas di mana nama- nama kelas adalah mencerminkan nama kerajaan se Indonesia yang berusaha menyatukan seluruh bagian di Indonesia dan berjuang melawan penjajahan. Mulai nama kerajaan besar Majapahit, Mataram, Sriwijawa, Padjajaran, Kutai, Kediri, Demak sampai kerajaan kecil seperti Kutamaya, Bone, Trenggano dll. Kelas ini berjajar mengiringi tangga seribu sampai atas menuju gedung nusantara sebagai puncaknya. Sehingga mengandung maksud kemerdekaan Indonesia ini melalui perjuangan yang sangat panjang, lama, penuh penderitaan, kesengsaraan rakyat, dan tidak mudah. Perlawanan terhadap penjajah dari berbagai penjuru daerah dan kerajaan hingga akhirnya tercapailah cita- cita leluhur kita, satu kesatuan yaitu “Nusantara”.



Nama Barak adalah “Nusantara”
            Terdapat 33 barak (asrama) sebagai tempat tinggal Praja. Untuk membedakan barak satu dengan lainnya diberi nama Nusantara 1 – Nusantara 33. Dalam satu barak diacak dan terdapat perwakilan tiap provinsi se Indonesia sehingga diharapkan terjadi integrasi, bisa memahami karakter, sifat, watak dan perilaku budaya di Indonesia. Proses Integrasi ini tidaklah mudah, kalau hanya kenalan semua pasti bisa. Tapi kalau sampai pada tahap memahami, saling menolong, Ambeg Paramaarta (mendahulukan kepentingan umum di atas pribadi)  memerlukan proses dan waktu. Maka selalu ditanamkan yang dinamakan korsa (satu sepenanggungan) agar terjadi kesatuan dan rasa saling memiliki antar sesama.

            Wah sudah lumayan banyak nulisnya, pegel juga tangan, otaknya juga sih. Bagi pembaca, sebenarnya masih banyak tempat sakral penuh filosofi lainnya yang menjadi harapan dari perancang untuk Praja yang menjalani pendidikan di Kesatrian Lembah Manglayang ini. Dibangun pada tahun 1988 oleh gagasan Jendral Rudini yang ingin menyatukan APDN yang tersebar di seluruh nusantara. Tapi siapa perancang kemegahan kesatrian ini,,,,,,,?yak anda salah,,,,tunggu di episode berikutnya.

SATU NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA
“INDONESIA”
BHINEKA NARA EKA BHAKTI
“PRAJA”

27 komentar:

Anonim mengatakan...

mantap

Anonim mengatakan...

bhineka nara eka bhakti

Anonim mengatakan...

mas..wisma nya 31 to..yg 2 lum jadi

Anonim mengatakan...

kata pak ondo riyani " pembangunan gerbang megah stpdn sekitar tahun 1993, menelan biaya 2M yg pada jaman itu 100rupiah sudah dapat membeli bakso. kemungkinan didalam menara gading terdapat emas"
luar binasaaaa !!

Anonim mengatakan...

2 barak lagi masih PR,,kata pak Arif mau dibangun di samping loundry,,khusus untuk wisma wasana praja

Anonim mengatakan...

kata pak ondo riyani " pembangunan gerbang megah stpdn sekitar tahun 1993, menelan biaya 2M yg pada jaman itu 100rupiah sudah dapat membeli bakso. kemungkinan didalam menara gading terdapat emas"
luar binasaaaa !!

Emas apaan? itu tempat tukang kebun istirahat kalo siang hari...

Anonim mengatakan...

Mengharukan Ceritanya dek, Bangga sekalieee... jadi kangen sama semua sudut2 yg ada di Ksatriaan...

Aldhiana mengatakan...

Lengkap sekali dek tulisannya, ditunggu tulisanmu berikutnya..

Anonim mengatakan...

Mantap dek.... Jdi kangen sma barak irja bawah/papua bawah.. Nusantara brp tuh?

one_to 170494 mengatakan...

mantaaapp

Unknown mengatakan...

keren ni. perlu untuk dipublikasikan
jadi rindu Barak Sultra Atas dan Malut Atas, itu nusantara berapa ya?
ditunggu episode berikutnya!

Anonim mengatakan...

Argumennya ngelompat-lompat dek. Anyway, untuk sarana pembelajaran saya anggap cukup lumayan. Tetap semangat ya nulisnya. 17.... Banten Atas.

Tngah Diwan mengatakan...

izin bang kami di barak papua sekarang izin bang wisma nusantara 11 sekarang bang izin bang

Unknown mengatakan...

WAWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW

xxxxxx mengatakan...

Kasatrian apa ini? Kasatrian tukang jotos?? Bwahahaha...

Anonim mengatakan...

tangga 1000.... gara2 foto disana taruna akmil jadi korban, KEPALA IPDN BILANG NDAK ADA YG DISAKRALIN, MESJID, PURA, GREJA, KLENTENG ITU BARU SAKRAL, KATANYA..!!!! KALOK MEMANG NDAK BOLE DILEWATIN YA DIPAGERIN AJA, GITU AJA REPOT..!!!!!

Unknown mengatakan...

mantap

Sahabat Wili mengatakan...

hahhha.. komen hater lucu... mau tukang jotos, mau apalah apalah, setidamny kami tahu indonesia itu luas. bermacam macam suku, saling menghargai dan saling memahami... dulu kejadian wahyu hidayat, tahun 2003, walau tahu itu ganas, sy tetap pengen masuk. prinsip sy waktu itu lebih baik saya mati dimedan pendidikan dari pada sy mati ditelan zaman perkuliahan dgn godaan demi godaan menghadapi. tp rejekiny ada di 2004. ipdn adalah miniatur mini republik ini. bangga pernah belajar disana. terimakasih diks tulisannya. mantappp. ditambah ceritanya aa yg ngebantu praja makan malam dll, cerita steling, cerita baksos dll.. salam hormat buat ipdn.. XVI

Unknown mengatakan...

Perasaan pembangunan gapura itu tahun 1996 akhir bareng dengan mesjid, sebelumnya mesjid itu sebelah kiti gapura sekarang dan biayanya kalo gak salah 1 m bukan 2 m

Unknown mengatakan...

Selamat adinda...semangat MenulisnyA teruskan

azhar_bo mengatakan...

Salut dinda atas inisiatif menulis artikel ini.., trm kasih dari seniormu 08.536

Anonim mengatakan...

Bhineka Nara Eka bhakti
XIII

The Inspiration mengatakan...

Superb, terus menulis dik. 09.072.

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Izin, kakak purna praja. saya senang sekali membaca artikel ini. sudah berkali-kali saya baca, tapi tidak bosan-bosan. dari bahasa, informasi, hingga dokumentasi yang disusun begitu apik membuat saya memahami filosofi-filosofi kesatrian yang begitu megah tersebut. walaupun masih sedikit yang saya dipahami. terima kasih untuk artikel yang menarik ini --by:seorang yang ingin menjadi praja--

Anonim mengatakan...

Yang tidak lulus, jangan buat gaduh !!!
Urus keluargamu.
Kami didaerah bersama Akmil dan Akpol tetap akur dan telah memahami permasalahan yang terjadi pada saat itu.

Anonim mengatakan...

senang membaca tulisan ini. semoga tahun depan saya bisa berada disana.

Posting Komentar