Pertama kali kami bertemu kalian di
kapal KRI Nusanive, saya langsung bertanya kepada ibu pertiwi,,”mereka siapa
ibu?”,,beliau menjawab,”mereka sama dengan kalian nak,semua adalah anak ibu
yang nantinya bersama kalian mengabdi untuk bangsa dan negara ini”,,,”o begitu
ya,tapi kayaknya mereka kurang bersahabat”,sahutku,,”udaaahh,,banyak penjabaran
kamu,membaur sana terus main kelereng sama sama mereka di kapal”,jawab ibu
dengan nada agak kesal.” Siap ibu”..(khayalan tingkat tinggi).
Bicara tentang Latsitarda,KRI
Nusanive merupakan kenangan terindah yang masih kental. Awalnya atmosfir
tatapan sinis, saling adu gengsi sangat terasa di semua lambung kapal. Tapi itu
tak bertahan lama, karena kita semua patuh pada pesan ibu, untuk saling menjaga
silaturahim dan bekerja sama. Memasuki hari kedua di kapal, perlahan rasa malu,
gengsi dll sebisa mungkin kami lepas. Seorang pamong, militer dan polisi
tentunya harus dekat dengan masyarakat to, dimulai dari bagaimana kita
berinteraksi di latsitarda.
|
Suasana Jam Istirahat Malam di Kapal Landing Ship Tank |
|
Tetap Semangat Meski Tidak Mandi 6 Hari |
Ternyata
hidup di kapal, apalagi yang kehidupannya sebagian besar di laut itu tak
semudah dan seindah di cerita kartun Luffy (one pice), nyatanya 6 hari saja
menjalani perjalanan laut dengan KRI Prajurit Nusanive itu sudah cukup untuk
mengatakan pertama dan terakir. Dengan air terbatas, tidur ala prajurit, cukup
kedua mata dan muka saja yang dimandikan itu sudah mendingan. Apalagi
dilengkapi fasilitas sauna gratis bersuhu tinggi, lebih melengkapi kebahagiaan.
Tapi dari situ kami salut pada rekan- rekan angkatan laut yang dengan
tangguhnya setia mempertahankan NKRI walau di medan seberat itu. Tapi kenapa
harus dengan kapal? salah satu filosofinya ibarat logam yang keras, disatukan
di kapal dengan segala keterbatasan dan tekanan + agak panas, agar bisa
mencairkan logam yang keras tadi sehingga dapat meleburkan satu sama lain.
Selain itu kami lebih bisa meresapi tentang lagu yang dulu waktu Playgroup kita
nyanyikan “Nenek moyangku, seorang pelaut”,,,bahwa beliau- beliau yang dulunya pelaut ternyata tak seceria saat
kita nyanyikan dulu.
Oke cukup tentang bagaimana di
kapal, sekarang kita menuju kehidupan darat. Perjuangan kami dimulai dengan
upacara pembukaan oleh Panglima TNI di Lapangan Sangkareang Mataram. Setelah
itu langsung menuju tempat sasaran yang disebar di 4 kabupaten. Sampai di
tempat sasaran kami disambut suka cita oleh pejabat Bupati, Kapolres, Dandim setempat
dan masyrakat, walau dalam hati merasakan awal dari duka cita, badan gatal, bau
belum mandi air tawar sejak di kapal.
Sikap respect dan loyal harus
dijunjung tinggi selama kegiatan, tanpa banyak fikir terhadap perintah, esoknya
dengan sigap kami pegang cangkul, sekop, sabit, dll untuk meratakan jalan di
tempat sasaran. Gerombolan bambu yang menghalangi jalan dengan cepat bisa kami
babat habis. Lingkungan rumah yang kotor seketika menjadi bersih sekaligus
rumah- rumahnya. Sampai- Sampai peralatan alutsista cangkul dll patah semua
tidak lebih dari 1 minggu umurnya. Satu hal yang paling saya suka ketika romusa
berlangsung, segarnya air kelapa milik kebun penduduk selalu ada untuk kami di
tengah tubuh ini lemah letih lesu dan gosong karna kepanasan. Segarnya seperti
pedang yang ditempa panas api langsung dimasukkan air es mak nyos.
|
MAK NYOS!!! |
Jangan salah, bukan hanya romusha
yang kita lakukan. Pesiar setiap sabtu dan minggu merupakan reward yang tak
terlupakan juga. Hampir semua tempat wisata di Lombok telah kami sambangi.
Selong Belanak, Pantai Kuta, Narmada, Senggigi, Pantai Pink , Oleh- oleh
mutiara ala Kota Mataram dan banyak lagi wis. Apalagi Gili Trawangan yang luar
biasa dahsyatnya, saya rekomendasikan kepada teman- teman kalau menikah nanti
untuk menikmati bulan madu di sana saja, tidak kalah dengan Hawai kok, JOS
GANDOS pokoknya.
Pawai yang digelar dengan
pertunjukan Drum Corps gabungan akademi TNI, IPDN dan Akpol yang memukau warga
masyarakat turut memeriahkan suasana Mataram dan 4 kabupaten lainnya. Wisata
Juang di Taman Makam Pahlawan itu wajib untuk mengenang jasa Pahlawan
terdahulu. Kurve makam habis- habisan langsung di bawah komando Mayor Penerbang
Jhonson Simatupang merupakan dedikasi beliau agar kita sadar betapa banyak
darah keringat pahlawan yang dikorbankan untuk kemerdekaan sedangkan kita cukup
mengisi pembangunan dan mempertahankannya saja. Untuk peningkatan kualitas
perekonomian,kami juga melakukan penyuluhan tentang teknologi tepat guna.
Bagaimana mengolah bahan mentah sumber daya alam di sana agar efektif dan
memiliki nilai jual tinggi.
|
Drum Band Akademi TNI, IPDN dan Akpol |
|
YON 3 KOMPI A |
|
Pantai Kuta Lombok |
|
Gili Trawangan |
|
still pak |
Itu baru seklumit cerita gambaran
kami di sana. yang tak kalah berkesan ketika kami akan berpisah, aksi tukar
menukar benda untuk kenangan, baik brevet, seragam, jaket, topi , sepatu dan
masih banyak lagi dengan sukarela tanpa paksaan dilakukan karena latsitarda
hanya sekali seumur hidup. Bahkan ada yang berniat tukar akademi selama sebulan
juga ada, aneh- aneh saja. Stres berat ketika sehari sebelum upacara penutupan
berakhir. Saya yang tidak merokok saja jadi ikutan karna kebersamaan ini akan
berakhir. Walau ada facebook,BBM dan lain- lain masih belum bisa menggantikan
kebersamaan ini. Dari dulu yang awalnya
bertemu baku silang menjadi baku sayang, hitam putih tiap akademi menjadi
nampak karena kami bisa saling melebur dan berbagi. Tapi bukan hanya itu sebab mengapa kami
sedih, setelah upacara itu Kapal Kebanggaan Nusanive sudah menunggu. Yang
bertahan sampai Surabaya akan mendapatkan penghargaan brevet Tj. Nusanive.
Tapi Saya kurang beruntung belum bisa dapatkan itu karna tidak ikut rombongan,
maklum SUH,,kepentingan dinas. Jemput SISUN di Jember,,hehe
Oke, gook luck untuk kawanku semua
di sana. Akmil, Akpol, Karbol, Kadet dan Mahasiswa, bersama kita saling
melengkapi membangun negeri. Belajar dan berlatih sungguh- sungguh, kita
bertemu saat bertugas di lapangan, buktikan 20 atau 30 tahun ke depan pengabdian
kita untuk Ibu Pertiwi.