Ketika,,,,,,,,,
>Bangun
pagi: KENAPA cepat sekali menghadapi hari yang sial dan melelahkan lagi,
padahal barusan saja tidur,,,hrrgrgrh,,KENAPA harus dengan peluittt, Bom, gedor pintu,tak bisakah lebih sopan,,,
>Shalat
subuh: KENAPA pikiran gak tenang, antara Pencipta dan dihukum pengasuh karna
telat aerobik
>Aerobik:
KENAPA harus pakai lari ke lapangan , yah telat lagi, astaga guling, jungkir,
merayap, ,,,,
>Makan
mensa: KENAPA duduk saja harus diatur, pakai upacara makan segala,,,
>Upacara:
KENAPA panas sekali cuaca, bisakah upacara sambil duduk, bapak rektor yang
terhormat bisakah diringkas pidatonya, kenapa kami selalu dimarah dan
disalahkan,,,
>Belajar
di kelas: KENAPA Dosen killer sekali, padahal ngantuk sampe, kemarin malam
belum sempat tidur,,,
>Berjalan
di ksatrian: KENAPA harus jalan kaki, baris pula, Kapan boleh naik motor di
dalam ksatrian,minimal bolehlah pakai sepeda, terlalu luas areanya, siapa pula yang
buat ini kampus,,,
>Bertemu
dengan senior: KENAPA ketemu “Beliau” lagi,,,,kenapa makhluk senior itu
diciptakan di bumi ini (padahal sekarang aku juga udah agak senior)
>Disuruh
pembina: KENAPA harus aku lagi, aku benci menjadi orang yang diharapkan
>Dihukum
pembina: KENAPA begini, papiku saja di rumah tak pernah menyuruhku begini,,,,kapan
ini berakhir,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,dst,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,KENAPA
,"NYAPO nDADAK NGENE KIE” (java language)
Itulah sepenggal cerita tentang aku ketika
dulu masih awal- awal pendidikan tingkat 1 (Muda Praja), tingkat dimana masa-
masa masih hitam, jelek, bau, kucel yang sebenarnya lemah. Padahal waktu itu
aku merasa kuat, setiap hari fitnes, lari, push up dll. Tapi itu fisik,
ternyata jiwaku sangatlah lemah. Dalam seharipun, serasa tiada mungkin tanpa ku
tinggalkan kata “KENAPA” sebagai bukti ketidak berdayaanku di hadapanNya. Tulisan
ini terinspirasi ketika tadi pagi aku mengeluh lagi setelah pulang dari tugas
jaga posko semalaman tidak tidur, ketika itu kulihat seorang ibu- ibu yang
bekerja sebagai pegawai tidak tetap di kampus berlomba- lomba mencari sampah
plastik yang dapat didaur ulang. Tentu itu penghasilan tambahan bagi beliau,
karena sifatnya sampingan, pagi- pagi sekali mereka harus bergegas, bersaing
dengan kawan beliau karena ketika matahari telah terbit mungkin ada pekerjaan
lain menunggu yang tak bisa ditinggalkan. Tepat pukul 03.00, tiga orang ibu
yang berumur sekitar 55 tahun kurang lebih melintas di hadapanku. “Punten
ibu”,sapaku,,,,”Iya Asep,ibu izin cari sampah plastik dulu ya”(asep:panggilan
kepada laki-laki,sunda language,klo jawanya “mas”). Seketika dongkol yang ku
rasakan ketika semalaman jaga pos sirna, sekitar 5,5 detik pandanganku terpaku
pada ibu- ibu tadi yang berjalan menjauhiku. Yah suasana ksatrian pada jam
03.00 itu masih sepi sunyi, gelapnya membuat tidak heran bila tiba- tiba datang
makhuk Allah yang tak diharapkan.
Bagaimana mungkin ibu tadi dengan
tulus masih bisa tersenyum. Sedangkan aku ketika bangun pagi diiringi teriakan-
teriakan pembina “mentolo” harus marah- marah hingga kadang keluar kata- kata
kotor. Astagfirullah, aku memang seringkali lupa akan jutaan hinggal milyaran
nikmatMu. Tapi kenapa tidak seketika gunung manglayang itu kau timpakan ke
tubuhku ku ya Allah melainkan masih saja Engkau bersabar memberiku hidup di
dunia ini. Fenomena yang hanya beberapa detik itu membuatku seharian merenung,
baru aku sadar makna keluhku sebagai bentuk demoku kepadamu, ketidakterimaanku,
tidak bersyukurnya akan kasihMu. Pantaslah hingga Kau turunkan Ibrahim ayat 7,
sangat pendek ayatnya, tapi sungguh sulit diimplementasikan. Padahal aku tau, makan d sini gratis, biaya
kuliah, pelatihan, pembinaan, ilmu, asrama, springbed, fasiltas asrama, pakaian
dari ujung kepala hingga kaki, air, listrik, dll semuanya gratis. Malah uang
saku, gaji per bulan, lulus langsung penempatan tugas hingga janji akan
jabatanpun tak membuatku membuka mata padaMu.
Teringat ketika apel pagi Kepala
Bagian Pengasuhan, Bapak Syamsu Khoirudin pernah menyampaikan tentang apa itu
SIAL. “Yah kalian mungkin merasa setiap
hari adalah hari sial buat kalian, setiap hari harus menghadapai apa itu yang
namanya hukuman (bagi yang melanggar), beratnya kegiatan di dalam kesatrian,
tapi ingat para praja, berapa ribu orang di luar sana ingin memakai uniform
seperti kalian. Jadi se sial- sialnya kalian yang telah berdiri di kesatrian
ini, pada hakikatnya termasuk orang beruntung ,,,,,,,,dst”. Pesan Itulah yang
selalu menguatkanku, belajar unuk KUAT, TENANG,
TEGAR dan BERSABAR dalam kondisi suburuk apapun. Sekali lagi tentang
Sabar,kenapa ibuku selalu berpesan “sing SABAR yo le”, ketika melepas keberangkatanku
dari terminal Maospati menuju kesatrian ini, bukan pesan untuk belajar giat,
latihan yang serius dll, karena memang bersabar itu perlu ilmu yang tinggi dan
sulit. Bersabar, walau sebenarnya di dalam hatiku beribu- ribu ketidak terimaan
muncul. Ingat rekan- rekan, pada hakikatnya kita masih dalam masa
penggemblengan, bagaimanapun juga harus menjadi orang yang kuat dan “gak
boleh nangis” dalam menghadapi segala hal, karena dunia luar akan lebih keras
dan sulit, sehingga diharapkan kita menjadi orang yang paripurna ketika kita lulus nanti, di manapun tempat kita belajar / kuliah saat ini.
Astagfirullah. Wahai Zat Yang Maha
Membolak- balikkan hati,,,tetapkan dan teguhkanlah hati kami, kokohkan integritas
dan kuatkan komitmen kami dalam belajar, di manapun kampus tempat kami belajar. Masyarakat kita di luar sana menanti Dharma
Bhakti kita..
Always pray,,,
Alhamdulillah,,,
Alhamdulillah,,,
Alhamdulillah,,,
Alhamdulillah,,,
Alhamdulillah,,,
Alhamdulillah,,,
Alhamdulillah.